Monday, February 21, 2005

DANG-PUNG (단풍), THE NATURE OF LANDSCAPE LANGUAGE*Image hosted by Photobucket.com

Image hosted by Photobucket.comang-pung merupakan istilah Korea untuk menggambarkan fenomena perubahan warna pada aneka dedaunan di musim gugur (fall, autumn) atau 가울 (gaul), yaitu di akhir musim panas (September) sampai awal musim dingin (November). Fenomena musim gugur singkat, yang menjadi tipikal Korea yang berlangsung secara berjenjang menciptakan tanggap (response) lingkungan yang khas pada tumbuh-tumbuhan. Tumbuhan berdaun lebar (broadleaf) atau deciduous memberi tanggap lingkungan yang bebeda-beda terhadap perubahan temperatur, kelembab nisbi udara maupun kondisi tempat tumbuhnya di musim gugur tersebut. Perubahan lingkungan yang berjenjang di musim gugur ini salah satunya membangkitkan resonansi fisiologis berupa peluruhan daun yang sebelumnya didahului oleh perubahan warna daun yang juga berjalan secara berjenjang.

Selama proses peluruhan daun inilah tersaji nuansa perubahan warna yang beraneka ragam. Perubahan warna daun tersebut merupakan ekspresi dari berbagai zat pengatur warna (pigment) yang terdapat dalam sel daun. Pola perubahan warna ini terjadi baik pada individu pada satu jenis, antar jenis maupun kumpulan jenis tumbuhan. Perubahan warna daun pada satu jenis tumbuhan tertentu beraneka, setidaknya ada dua tipe, yaitu yang mengalami dua perubahan warna dan ada pula yang mengalami tiga perubahan warna daun.

Khusus untuk tipe yang disebut terakhir, yang sebelum meluruh mengalami tiga perubahan warna daun, dapat diambil contoh pada jenis maple (Acer sp) yang menjadi simbol bendera Canada. Tumbuhan dengan bentuk daun menjari ini pada tahap awal berwarna hijau, kemudian akan berubah menjadi kuning dan akhirnya pada saat-saat gugur daun tersebut berubah menjadi merah. Adanya keunikan dalam perubahan warna daun selama musim gugur ini menjadi sebutan bagi jenis tumbuhan tersebut sebagai 단풍 (dang-pung) yang maknanya berubah warna. Selanjutnya keunikan pola perubahan warna pada maple ini menjadi indikator datangnya musim gugur, sehingga istilah dangpung menjadi populer digunakan di Korea untuk menggambarkan semarak nuansa perubahan warna musim gugur.

Ragam pola yang khas dapat dikenali juga antar masyarakat tumbuhan yang tumbuh di alam. Apabila kita amati suatu bentang alam di musim gugur, akan terlihatlah pola khas dari mosaik yang menggambarkan tempat tumbuh dari masyarakat tumbuhan tersebut. Ada komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah yang dekat dengan sumber air, seperti pada koridor tepi sungai. Namun ada pula yang tumbuh pada lereng-lereng yang curam, dipunggung-punggung (ridge) bukit. Jenis-jenis tertentu akan tumbuh hanya pada daerah dengan ketinggian, setidaknya, 2000 meter di atas permukaan laut, sedangkan yang lainnya hanya tumbuh di daerah pesisir atau dataran rendah di tepi pantai.

Kehadiran tumbuhan pada tempat tumbuh yang berbeda-beda mencerminkan perbedaan kesesuaian habitat atau rumah yang menjadi tempat tinggalnya. Dalam suatu bentang alam (landscape) yang relatif luas, misalnya lanskap lembah, perbukitan, lanskap pegunungan, semenanjung atau pulau, kekhasan pola sebaran mosaik masyarakat tumbuhan tersebut akan mudah untuk dikenali secara langsung.

Sehingga, kalau dibenarkan, barangkali istilah dang-pung dapat diartikan juga secara lebih luas lagi atas perubahan warna pada mosaik kumpulan masyarakat tumbuhan yang berbeda-beda, sebab perubahan tersebut tidak hanya mencakup perubahan temporal pada warna daun melalui proses fisiologis dalam periode waktu tertentu, namun juga terlihat secara spasial dalam bentang alam yang luas. Jadi setidaknya terdapat dua hal yang yang dapat disandarkan pada dangpung, yaitu kaitan dengan pola temporal (waktu, musim) dan pola spatial (keruangan, tempat, lokasi).

Kekhasan femomena spatio-temporal tumbuhan dalam sajian alami ini mengandung beberapa komponen nilai yang tak teraga (intangible). Komponen intangible yang umumnya sulit untuk dikuantifikasi ini mengandung nilai sensuos of quality yang dapat diindera oleh penglihatan, rasaan, penciuman, pendengaran dan sentuhan. Keindahan tumbuhan, estetika lingkungan, atau pemandangan (scenery) merupakan beberapa contoh kualitas tak teraga yang dapat langsung diindera secara visual. Disamping itu terdapat komponen tak teraga yang manfaatnya tidak dapat kita nikmati secara langsung, melainkan diperlukan suatu pemahaman khusus atas infrastruktur alam yang terbentuk dalam tatanan yang saling kait dan rumit. Beberapa contoh, misalnya kehadiran massa tumbuhan, seperti hutan sebagai “reservoir” alam, “pabrik” oksigen, “saringan” polusi udara, “penjernih” air, dan “pompa” air di daerah tergenang.
Semoga kita menjadi manusia yang tidak saja mengenal keindahan ciptaan Sang Maha Pencipta ini tetapi juga dapat meng-apresiasi, melestarikan dan sekaligus memanfaatan untuk kemashalatan umat manusia.

* 1 st Prize Winner, Perpika Essay Contest, April 2005

Picturesque beauty of Kwanak Mt., Seoul, Oct. 28, 2004
Copyright(c)Qodarian Pramukanto

0 Comments:

Post a Comment

<< Home