Tuesday, February 22, 2005

RELUNG TERCIPTA DIANTARA DUA KONFLIK: FENOMENA BIOREGION DMZ, KOREA

Bioregion merupakan suatu konsep yang mengusung filosofi bahwa Fenomena bioregion nampak jelas, khusunya konsep reinhabitation yang di kumandangkan oleh Berg (1978). Kehadiran unggas liar di kawasan segment perbatasan (boder) dua Korea dan sekitarnya mengilustrasikan fenomena bioregion bagi satwa liar tersebut. Tersedianya areal sumber pakan (feeding ground) bagi satwa tersebut berupa lahan persawahan serta areal tempat beristirahat di malam hari pada areal semak-semak berawa di dalam benteng perbatasan pemisah merupakan domain bagi ruang hidup satwa tersebut.

Lebih lanjut segmen wilayah demiliterisasi (DMZ, demilitarized zone) ini diperkaya pula oleh beragam spesies berbagai jenis burung dan satwa lainnya. Fenomena alam ini terbentuk pada koridor pemisah antara dua Korea yang membagi semenanjung ini sejak hampir setengah abad yang lalu menjadi common ground bagi beragam kehidupan.

Di musim dingin, wilayah pemisah yang membentang sepanjang 150 mile dengan jalur selebar 2.5 mile ini menjadi relung bagi burung yang bermigrasi dari Siberia, Manchuria, Jepang dan Australia. Tidak kurang beberapa jenis langka seperti red-crown dan white-naped cranes, yang bergabung dengan kestrels, angsa black vutures serta beberapa jenis mamalia, seperti rusa roe, babi liar bahkan kadang-kadang beruang hitam turut serta meramaikan konsert keragaman species di kawasan ini. Sehingga kawasan ini layak disebut sebagai “international biodiversity belt”

Bagi masyarakat Korea Selatan, adanya fenomena ini lebih dipandang sebagai keajaiban alam dari pada sesuatu yang bernuansa perang. Sehingga Organisasi Pariwisata Nasional Korea Selatan telah mempersiapkan rencana pengembangan ekowiasata di kawasan yang berdekatan dengan daerah perbatasan ini. Lahirnya syurga bagi aneka spesies unggas ini sangat berarti, setidaknya sebagai pengganti atas telah rusak dan hilangnya habitat-habitat serupa di tempat lain. Sebagai daerah tujuan wisata, kawasan sekitar perbatasan ini, DMZ, setiap tahunnya dikunjungi tidak kurang tiga juta wisatawan yang berkunjung untuk melihat border yang menjadi benteng pemisah perang dingin dua Korea.

Salah satu daerah tujuan wisata di dekat perbatasan adalah kota Chorwon. Kehadiran hidupan liar ini memperkaya atraksi yang menjadi bidikan birdwatcher di kawasan ini. Pengunjung tidak saja mendapatkan pengalaman wisata melalui bidikan binokuler yang diarahkan ke daerah batas perang dingin atau juga melintasi pandangannya ke objek pandang berupa kehidupan sehari-hari masyarakat Korea Utara, namun juga mendapatkan sajian atraksi aneka satwa liar. Beberapa jenis bangau seperti jenis mahkota merah yang kerap menjadi corak karya seni oriental, seperti motif pada partisi, pakaian kimono atau hanbok, kipas, hiasan dinding, kerap hadir menjadi atraksi yang menarik, tidak saja melalui tingkah-lakunnya dalam mencari makanan di areal persawahan, tetapi juga menjadi simbol hadirnya kedamaian di wilayah perang dingin tersebut. Jenis bangau yang konon jumlahnya di dunia ini diduga hanya sekitar 2000 ekor ini, mendapatkan relung tempat bersarang dan beistirahat yang nyaman dan aman dari berbagai gangguan di lahan-lahan semak-semak berawa di dalam benteng perbatasan.

Lembah Gunung Kwanak, 25 April 2004
Copyright©qodarian pramukanto

0 Comments:

Post a Comment

<< Home