Friday, May 13, 2005

Lanskap Industri: Combined Cycle Power Plant, Shinincheon, Incheon

Reportase oleh: Qodarian Pramukanto

KOSPO atau Korea Southern Power Co., Ltd merupakan salah satu perusahaan pemasok kebutuhan listrik di semenanjung Korea. Kompleks pembangkit listrik yang terletak di tepi pantai di distrik Seo-gu, subdistrik Gyungseo-dong, Incheon ini bernama Shinincheon Combined Cycle Power Plant. Kawasan dengan luas areal sekitar 360 ha ini sebagian merupakan lahan reklamasi pantai. Dengan membangun dike (tanggul) yang membendung laut terbentang areal dimana 12 stack (cerobong) dari 12 pabrik pembangkit linsrrik ini berdiri. Pembangkit listrik tenaga gas ini merupakan salah satu dari pembangkit listrik lain yang ada di Korea, yaitu: angin dan nuklir.

Bentang lahan tersebut dilengkapi dengan sistem sirkulasi air yang sirkuler. Mulai dari penyedotan air laut yang digunakan oleh pabrik untuk menghasilkan uap dan sebagai pendingin, sampai aliran buang (discharge) kembali ke laut.

Pembangkit ini mengasilkan listrik dengan system Combine Cycle Power, yaitu kombinasi antara turbin yang digerakan oleh gas (generator, GT) dan turbin yang digerakan oleh uap air (steam, ST).

Dalam memproduksi listrik sistem ini menggunakan sumber energi dari gas alam, yang 100 persen di import dari Indonesia. Gas alam cair yang disebut sebagai LNG ini digunakan untuk menghasilkan produksi listrik yang utama yaitu dengan menggerakan turbin dengan system combustion pada temperatur tinggi dengan pembakaran gas dengan tekanan udara.

Pada proses pembakaran tersebut dihasilan emisi panas dengan temperatur tinggi. Emisi panas ini dialirkan ke tungku pemanas air (boiler) untuk menghasilkan uap air. Uap yang dihasilkan digunakan untuk menggerakan turbin uap sebagai pembangkit listrik yang kedua.

Dengan system kombinasi dua tipe turbin ini dapat meningkatkan efisiensi produksi lebih dari 10 persen. Sebagai gambaran efisiensi produksi pada sistem pembangkit tunggal (hanya mengandalkan penggerak turbin gas) dihasilkan 35 %, sedangkan bila dikombinasi dengan turbin uap bisa mencapai 52.39 % atau dengan proporsi 2(GT): 1(ST) proses (GT=generator, ST=steam).

Produksi
Dari pembangkit listrik ini dengan 12 combine cyle power plant ini dihasilkan system pembangkit ini sebesar 12 GW (Giga Watt) dan mensuplai 60 % kebutuhan kota Incheon atau setara dengan 13 % dari kebutuhan listrik nasional sebesar 60 GW.

Sistem pembangkit listrik ini merupakan salah satu dari keseluruhan sistem pembangkit listrik di Korea dimana antar masing-masing pusat pembangkit listrik mempunyai system jaringan distribusi bersama. Dengan system jaringan ini kekurangan suplai disuatu wilayah akan dipasok dari pusat pembangkit listrik dari wilayah lain dan sebaliknya.

Lokasi Tapak
Pemilihan lokasi tapak pembangkit listrik ini didasarkan atas ketersediaan sumberdaya pendukung proses produksi tenaga listrik, yaitu faktor air dan udara. Air diperlukan untuk membangkitkan uap yang akan menggerakan turbin, cooler dalam proses kondensasi (perubahan dari fase uap menjadi fasi cair) dan juga pendingin dari turbin. Selain air aliran udara diharapkan diperlukan dalam mendinginkan turbin. Berdasarkan kedua kebutuhan tersebut pemilihan lokasi pada daerah pantai menjadi alternatif yang sesuai.

Dampak Lingkungan
Berdasarkan faktor lingkungan yang menjadi penentu dalam pemilihan lokasi pembangkit listrik tersebut sebenarnya masih terdapat kekurangan yang perlu diatasi dan menjadi persyaratan lain untuk mengurangi dampak lingkungan.

Salah satu masalah penting adalah dampak yang disebabkan oleh adanya perbedaan temperatur air yang di ambil dan di buang (discharge) kembali keperairan masih cukup tinggi dengan perbedaan 6 derajad.

Sebagaimana diketahui adanya perbedaan temperatur perairan merupakan hal yang sangat kritikal dalam kriteria kualitas fisik air bagi ekosistem air. Pengaruh perubahan temperatur perairan mengakibatkan terganggunya habitat jenis-jenis ikan dan satwa air lain. Lebih lanjut terganggunya habitat ini memberikan efek sosial pada mata pencaharian para nelayan. Kasus ini menjadi sorotan tajam dari LSM-LSM dan meminta perusahaan untuk segera melakukan upaya meminimalisir dampak negatif yang muncul.

Solusi
Permasalahan perbedaan temperature antara perairan dengan air buangan (discharge) sebenarnya dapat diturunlan dengan membangun system pendingin berupa tangki pendingin. Namun teknik pendinginan inipun masih menimbulkan dampak lain, yaitu meningkatnya temperatur udara disamping dipelukan lahan yang luas untuk mendirikan struktur bangunan pendingin ini.

Tampaknya permasalahan yang berkaitan dengan hukum termo dinamika ke dua ini, yaitu transfer energi, energi tidak dapat dimusnahkan tetapi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lain menjadi rantai permasalahan yang perlu ditangani.

Upaya untuk mengendalikan sisa energi emisi dari proses produksi tersebut perlu ditransfer dan diturunkan pada tingkat yang aman dan nyaman. Beberpa pemikiran sebagai usulan alternatif untuk menguragi terjadi peningkatan temperatur udara tersebut yang dapat dipertimbangkan, yaitu:
1. Membangun system penyangga (buffer) berupa sistem sabuk hijau (greenbelt) yang akan meredam panas yang dihasilkan dari emisi pada system tangki pendingin tersebut. Untuk itu diperlukan dikajian atas jenis-jenis vegetasi pohon yang toleran terhadap kondisi lingkungan tersebut. Sistem ini diharapkan dapat “mengisolasi” panas.
2. Efektifitas solusi ini akan lebih baik bila dikombinasi dengan kajian tata ruang yang memperhitungkan pola pola sirkulasi udara (angin), yang mengandung uap air dari laut yang dapat menjadi agent penyerap panas
3. Membangun perangkat peningkatan agent menyerap panas melalui peningkatan kelembaban udara dengan menyemprotkan air ke udara, misalnya dengan membangun fountain-fountain.

Sistem Pemantauan Lingkungan
Pemantauan kualitas lingkungan telah diterapkan berupa berupa perangkat sensor dengan teknologi canggih seperti sensor pemantau plum, maupun penggunaan sensor alam untuk memantau kualitas lingkungan, seperti kualitas perairan dengan menganalisis indicator biota, maupun penggunaan vegetasi aquatic mengapung berupa pulau apung (ingkongbudo).

Lembah Gunung Kwanak, 13 Mei 2005